Kasih Tak Sampai

Share posting

Cerpen oleh : Denny.AR


Ilustrasi-bola.com

Dengan tergesa-gesa Alin berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit yang mulai sepi. Waktu menunjukan pukul  23 malam, “Ini artinya Bimo sudah 24 jam lebih berada di rumah sakit ini” bisik hatinya Tapi sudah  hampir dua jam  alin berkeliling-keliling dilorong-lorong rumah sakit ini, sambil bertanya pada petugas dan orang-orang yang berada disana namun jejak Bimo masih belum ditemukan.

Kabar kecelakaan yang dialami Bimo, Alin terima dari tetangga kostnya Bimo disebuah Mall  secara  tak diduga dan  tergesa-gesa . Karena saking kaget dan kalutnya Alin tak sempet menanyakan, di Gedung dan ruang apa Bimo dirawat bahkan no telpon sipemberi kabarpun  tak sempat dicatatnya, Alin hanya menerima kabar bahwa Bimo sekarang ada dirumah sakit, tidak kurang tidak  lebih.

Yang membuat Alin semakin resah adalah membayangkan Bimo yang terbaring lemas sendiri  diatas kasur, tidak ada yang menemani karena Bimo sebagai anak rantau yang jauh-jauh dari pulau Sumatra datang kesini hanya untuk menuntut ilmu. Bimo tidak punya keluarga dikota ini.
“Akankah Bimo dilayani secara wajar oleh pihak rumah sakit bila ternyata Bimo tidak punya dana yang cukup untuk bayar uang jaminan,” gumamnya.

Alin sering mendengar kisah-kisah duka para pasien rumah sakit yang dibiarkan terbaring sendiri tidak dilayani karena persoalan tidak punya uang jaminan, dan tidak   ada yang bertanggung jawab dari pihak keluarga.

Alasannya macam-macam administrasilah, kurang itulah,kurang inilah yang jelas uang menjadi syarat utama bila berobat dinegeri ini, sedangkan  sang pasien sangat membutuhkan penanganan yang segera. Kalau sang pasien meninggal karena tidak segera di tangani maka jawabannya pasti klasik “ Itu sudah takdir, sabar sajalah”. Lamunan Alin jadi kemana-mana

.”Yaaa Tuhan harus kemana lagi aku mencarinya,” Alin membatin. Sementara malam semakin larut, Alin hanya sendirian tanpa kawan yang menemani.di tengah-tengah Rumah sakit yang  besar seperti ini. Kakinya sudah terasa pegel  dan ada rasa kehawatiran yang luar biasa. Untungnya  Alin segera menemukan bangku disalah satu sudut lorong. Alinpun ahirnya duduk dengan mata yang lembab berkaca-kaca.

Terbayanglah segala yang pernah dialaminya bersama Bimo sejak dua tahun yang lalu. Bagaikan didalam layar perak semua tergambar, jelas semua terbayang…

Alin dan Bimo pertama bertemu pada acara Pekan orientasi mahasiwa sebuah perguruan tinggi, keduanya berada satu kelompok yang sama dan secara aklamasi keduanya dinobatkan sebagai Raja dan ratu.

Awalnya Alin merasa rikuh dan kaku namun lama kelamaan setelah banyak mengenal Bimo, Alinpun malah merasa nyaman karena Bimo orangnya enak diajak bicara, kalem dan pinter,wawasannya dalam berbagai hal cukup luas serta mampu mengimbangi setiap obrolan maupun diskusi-diskusi yang diadakan oleh kelompok.

Bimo selalu mampu memberikan solusi terhadap persoalan-pesoalan yang ada ataupun tugas-tugas dari para senior. Bimo adalah tipe laki-laki yang bertanggung jawab. Itu terbukti ketika terjadi insiden kecil yang menimpa salah seorang temen bernama Yandi saat camping di gunung lawu sampe harus dirawat dirumah sakit akibat jatuh dari sebuah jurang, sementara keluarga Yandi tidak terima atas musibah itu. Maka Bimo dengan segala kerendahan hatinya maju kedepan dengan tidak melibatkan temen panitia yang lain. Bimo harus berurusan dengan yang berwajib dan mendapatkan hukuman penahanan beberapa hari. Dan ketika persoalannya merembet kemana-mana Bimo dengan tegar menghadapinya, Bimo  tidak mau merepotkan temen-temen yang lain, dia sebagai ketua panitia   bertanggung jawab atas segala yang terjadi. Itulah Bimo yang membuat Alin jatuh cinta. Itulah yang mebuat Alin berjanji pada Bimo untuk menyayanginya dan setia untuk selamanya.

Dua tahun  sudah Alin dan Bimo menjalin kemesraan,dengan sebuah ikatan janji saling setia dan saling menyayangi. Selama itu pula sudah tercipta banyak kebahagiaan yang alin rasakan, ketentraman dan kenyamanan yang sangat diimpikannya. Hari-harinya jadi penuh Bungan dan mimpi-mimpi yang indah tanpa keluh kesah karena pada setiap persoalan hidupnya selalu ada Bimo yang memberi masukan penuh kasih sayang, tidak menggurui  dalam setiap arahan yang diberikan padanya. Bimolah laki-laki yang sangat dicintainya taka ada lagi aki-laki lain dalam hidupnya.Namun malam ini “apapun yang terjadi aku harus berani mengatakannya pada Bimo tentang apa yang akan menimpaku,” bisik hati Alin.

Sebulan yang lalu dengan tidak ada angin tidak ada hujan,tiba-tiba ayahnya memutuskan bahwa Alin harus segera menikah dengan seorang laki-laki bernama Yandi yang masih ada ikatan kekerabatan dengan keluarga bapaknya. Ntah dengan alasan apa hingga Bapak ibu berserta keluarga yang lainnya menyetujui hal tersebut dengan tanpa meminta persetujuan dulu dari Alin.

Memang ada tradisi kuno dan feodal dalam keluarga besarnya bahwa dalam masalah perjodohan selalu melalui orang tua dengan orang tua,meskipun pada zaman ini hal tersebut sangat tidak layak, karena telah melupakan hak dan kebebasan seorang anak tapi Alin tidak berdaya karena keluarganya yang Otoriter, selalu mengatakan ”kapan lagi kamu akan mengabdi pada kedua orang tuamu”. Dan Alinpun tak berdaya menerima segala keputusan keluarganya demi satu alasan pengabdian pada orang tua,meskipun alin yakin bahwa semua itu adalah  semu.

Seseorang menepuk bahu Alin yang sedang melamun dibangku rumah sakit, membuat Alin kaget dan tersadar dari lamunannya.” Kenapa sih lama bener nengok yang sakitnya sampai laurut malam begini.” Tanya si penepuk.

Ternyata dia adalah keponakannya yang sengaja menjemput Alin karena keluarganya merasa hawatir sudah malam Alin belum juga pulang, maka dalam kebingungan itu Alin tak bisa memilih selain ikut pulang mengikuti keponakannya. Alin bingung dan putus asa.

Tiga hari sudah  dari waktu Alin mencari Bimo kerumah sakit. Kini Alin berada dikamarnya yang sudah mewah dihias berbagai pernak pernik kamar pengantin. Bagaikan ratu Alin dihias oleh seorang penata rias yang cukup terkenal dikotanya. Sekitar pukul 10 siang nanti Alin akan diresmikan mejadi sorang istri dari seorang laki-laki bernama Raden Bagja Suryana yang usianya terpaut cukup jauh dengan usianya. Mata alin merah sembab karena sejak tadi malam menangis,

Sambil menuruti perantah dan arahan dari sang perias Alin tak sengaja mendengar suara dari seorang penyiar TV yang memberitakan “ telah meninggal di rumah sakit sekitar tiga jam yang lalu seorang pendaki gunung bernama Bimo. Setelah dirawat dirumah sakit beberapa hari akibat kecekaan yang menimpanya disaat melakukan pendakian pada sebuah tebing, dia terjatuh dari ketinggian sekitar 40 meter.” Alin menjerit mendengar berita itu , jelas nama dan vidio yang ditayangkan Tv tersebut adalah Bimo kekasihnya. Hanya beberapa detik sehabis mendengar berita itu Alinpun tak sadarkan diri  *** ( Bersambung)

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *