Siliwangi Diantara Sejarah dan Mitos (Part-1)

Share posting

Oleh : Denny. AR.

ILUSTRASI-tripadvisor.co.id

Nama Siliwangi bagi masyarakat Indonesia jawabarat hususnya, merupakan sebuah nama yang sudah tidak asing lagi bahkan sudah merupakan nama kebanggaan pada setiap warga jawabarat (Sunda). Betapa tidak, karena nama tersebut adalah sebuah nama  dari seorang raja besar yang pernah ada di Indonesia dengan segala keagungan dan kegagahan serta luasnya wilayah kekuasaannya.

Dengan segala kearifan dan kebijakannya serta keberanian dalam mempertahankan  kebenaran. Dia juga seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya, bahkan telah menjadi barometer seorang pemimpin yang adil dan bijaksana bagi rakyat di Jawa Barat.

Namun, dari literatur yang ada sejarah  siliwangi  masih simpang siur karena begitu banyak versi dan pendapat bercampur dengan legenda dan mitos hingga kita sebagai rakyat Pajajaran anyar  belum bisa membuktikan secara factual, akurat dan ilmiah  tentang sejarah kerajaan siliwangi tersebut, karena bukti dan fakta-fakta penunjang lainnya sampai saat ini belum diketemukan, seperti sisa-sisa peninggalan gedung kerjaannya, ataupun data yang memperkuat keberadaan tempat maupun sejarahnya sendiri.

Salah satu naskah kuno yang menjelaskan tentang perjalanan Prabu Siliwangi adalah kitab Suwasit.
Kitab tersebut berisi 22 bab perjalanan Prabu Siliwangi dimulai dari ayahnya, Prabu Anggararang Raja Kerajaan Gajah.

Kisah Prabu Siliwangi sangat dikenal dalam sejarah Sunda
Setelah Prabu Anggararang merasa puteranya layak memangku jabatan raja, akhirnya kerajaan diserahkan kepada Pangeran Pamanah Rasa (sebelum bergelar Siliwangi).
Mengenai nama Siliwangi, dijelaskan bahwa nama tersebut adalah gelar setelah Pangeran Pamanah Rasa masuk Islam sebagai salah satu syarat mempersunting murid Syaikh Quro, yakni Nyi Ratu Subanglarang.
Dari isteri ketiga ini, kemudian melahirkan Kian Santang yang bergelar Pangeran Cakrabuana di Cirebon dan Rara Santang, ibunda Sunan Gunung Jati.
Bersamaan dengan luasnya wilayah Gajah, kemudian Prabu Siliwangi menciptakan senjata Kujang, berbentuk melengkung dengan ukiran harimau di tangkainya. Senjata tersebut kemudian menjadi lambang Jawa Barat. Nama kerajaan Gajah pun diganti menjadi kerajaan Pajajaran, karena menjajarkan (menggabung) kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau Putih. Kisah dalam Kitab Suwasit diakhiri dengan mokhsa (menghilang) dan dipindahkannya kerajaan Pajajaran ke alam Gaib bersama Harimau Putih.

Kitab yang diterbitkan dengan sambutan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan kemudian mengisahkan bahwa Harimau Putih berubah wujud menjadi manusia untuk mendampingi pengembaraan Pangeran Pamanah Rasa hingga menaklukkan kerajaan Galuh dengan bantuan Harimauu Putih. Bahkan disebutkan, ketika terjadi penyerangan oleh kerajaan Mongol (mungkin masa Kubilai Khan), kerajaan Gajah dibantu pasukan Harimau Putih.Pada kitab yang sudah diterbitkan oleh Jelajah Nusa, dikisahkan dalam bab keempat bahwa setelah menjadi kerajaan Gajah, Pangeran Pamanah Rasa melakukan pengembaraan hingga di sebuah hutan di wilayah Majalengka. Ketika hendak meminum air dari curug (air terjun), Pangeran Pamanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih sehingga terjadi pertarungan hebat hingga setengah hari. Namun berkat kesaktian Pangeran Pamanah Rasa, siluman Harimau itu bisa dikalahkan dan tunduk padanya.
Tentunya, meskipun kental dengan unsur mitos, kitab tersebut merupakan sumber sejarah yang sangat penting.

Sementara dari legenda yang beredar di sekitar jawabarat hususnya di sekitar Garut dikisahkan bahwa Prabu siliwangi adalah raja pajajaran yang mempunyai seorang putra bernama Kiansantang Dikisahkan bahwa Kiansantang dalam perjalanan hidupnya bersebrangan dengan ayahnya yang masih menganut agama karuhun, sementara Kiansantang sudah menganut agama Islam bahkan sampai berguru ke wilayah arab   yaitu sayidina Ali.

Sepulangnya dari pengembaraannya Kiansantang berniat menyebarkan agama Islam dinegeranya termasuk menyadarkan bapaknya, namun setelah melalui pembicraan yang cukup panjang tentang Agama baru yang dibawanya.Ayahnya (Prabu siliwangi) tetap dalam pendiriannya tidak mau masuk islam, dan keteganganpun terjadi. Ahirnyanya Kiansantang memaksa Siliwangi untuk masuk Islam bahkan terjadi kejar-kejaran diantara anak dan bapak.

Dikisahkan ketika kejar-kejaran terjadi, beliau Siliwangi melewati sebuah tempat dan disana beliau mengalami sedikit keresahan maka hingga kini tempat tersebut disebut kampung kampung NGOMPOD. Bahkan ada yng mengisahkan bahwa siliwangi pada satu tempat sempat mengeluarkan Gas sambil berlari, hingga tempat tersebut hingga kini disebut kampung BOBOS. Dari sana belaiu terus berlari dengan para pengawalnya lewat cara tembus bumi dengan maksud, agar tidak diketahui oleh para pengejarnya hingga muncul disatu tempat yang hinga saat ini tempat tersebut disebut kampong MUNJUL.

Ahirnya tibalah disatu tempat diwilayah Garut Selatan yaitu pesisir Sancang, maka beliau dan pasukannya beristirahat.  Namun para pengejar sudah dekat  tak ada lagi untuk menghindar, maka Siliwangipun ahirnya berdiri pasang badan apapun yang akan terjadi.

Tibalah prabu Kiansantang disana, dan mngajak dialog dengan Bapaknya : “ Ayahanda yang ananda hormati apakan ayahanda masih tetap pada pendirian semula “ bertanya Kiansatang.

“Ananda Kiansantang yang ayah cintai, Ayahanda sangat menghormati dan menghargai apa yang ananda sampaikan, namun bukan ayahanda tidak mengakui kebenaran agama baru yang kau bawa, namun karena ayahanda adalah seorang raja, maka bagaimana cerita rakyat kelak jika terjadi peperangan antara anak dan bapak juga bagaimana kata rakyat,  jika rajanya tidak konsekuen pada sesuatu yang telah digenggamnya selama bertahun-tahun. Untuk hal tersebut demi kebaikan kita semua, maka Ayah beserta para pasukan pengawal akan memutuskan saat ini juga, teruskanlah perjuanganmu ananda sampai berhasil namun maafkan ayahanda jika tidak bisa memenuhi keinginanmu. Ayah dan pasukan ini akan moksa (menghilang) pindah alam ke dimensi lain untuk melanjutkan kehidupan dan perjuangan ini, dan akan menguburkan segalanya.  Segala bentuk apapun yang berkaitan dengan kerajaan Pajajaran, tapi ingat anandaku, bahwa Ayahanda sampai kapanpun akan tetap mengukirkan sejarah pada orang Sunda dan mendampingi dengan cara bathin (spiritual) untuk rakyat Pajajaran anyar yang setia dan percaya, dan akan selamanya menjaga kedaulatan negeri ini,” ungkapnya.

Beberapa detik setelah itu, maka hilanglah Rupa Prabu Siliwangi beserta pasukannya yang tadinya berwujud manusia menjadi Harimau dan menghilang di untuk selamanya dipeisisir Sancang.

Begitulah salah satu cerita rakyat yang beredar dan masih banyak lagi versi-versi lain untuk kita telaah, kita kaji kita apresiasi, kita telusuri bagaimana yang sebenarnya sejarah prabu Siliwangi, tentu saja harus ditunjang dengan berbagai bukti, fakta dan hal-hal yang menunjang keakuratan sebuah sejarah.

Janganlah cukup bagi kta sebagi urang sunda dengan semboyan ESA HILANG DUA TERBILANG yang punya arti satu menghilang tapi keduanya terbilang.

Semua itu kewajiban kita semua sebagai urang Sunda yang cinta sejarah dan bangga dengan segala kebesarannya.

 

Catatan:

Penulis adalah wartawan senior&Koordinator Reporter GrahaBigNews Wilayah Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

 

 

 

.


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *