KAWRUH BEGJA SAWETAH

Share posting

Mencapai Kebahagiaan melalui Ngaji Diri, hasil olah rasa Sang Anak Raja Ki Ageng Suryomentaram.

Artikel Eksklusif

Oleh : Ki Ageng Suryomentaram


Ilustrasi-boombastis.com

Ki Ageng lahir pada 20 Mei 1892 di Kraton Yogyakarta. Dia adalah anak ke-55 dari 79 anak Sultan Hamangku Buwono VII. Ibunya, B.R.A. Retnomandoyo adalah istri golongan kedua (garwo ampeyan) Sultan, anak perempuan Patih Danerejo VI. Pada usia 18 tahun dia diangkat menjadi seorang pangeran, sehingga mengubah namanya dari Bendoro Raden Mas Kudiarmaji menjadi Bendara Pangeran Harya Suryomentaram. Namun Ki Ageng memilih untuk membatalkan pengangkatan tersebut, meski oleh sang ayah permintaan tersebut ditolak.

Di tahun-tahun tersebut Ki Ageng mengalami kekacauan batin yang hebat. Beberapa bulan dia menyepi di rumah kakeknya, Patih Danurejo IV, yang baru saja diberhentikan dari tugas-tugasnya, sementara ibunya juga diceraikan oleh Hamengku Buwono VII. Tapi peristiwa tersebut tak separah ketika Ki Ageng harus menerima kenyataan bahwa istrinya meninggal dunia, tepat setelah melahirkan anak laki-laki mereka.

Dipicu oleh kegalauan batin serta keingintahuannya yang besar terhadap masalah kejiwaan dan kebahagiaan, Ki Ageng memilih meninggalkan status pangeran beserta seluruh fasilitas kemewahan yang dia miliki pada waktu itu. Dengan hanya memiliki sedikit kekayaan, dia kemudian meninggalkan Kraton dan tinggal di Desa Bringin, Salatiga, Jawa Tengah, di mana dia memulai perjalan hidupnya yang baru dengan menjadi petani. Tahun 1925 dia mulai bangkit dan mengembangkan ajaran-ajarannya di desa kecil tersebut dan lambut laun membuat namanya dikenal dan selanjutnya diikuti dengan bergabungnya sejumlah teman dan masyarakat sekitar untuk menjadi pengikutnya.

Salah satu hasil pemikiran beliau bisa dibaca atau didownload pada link yang ada di bawah artikel ini. Sebuah maha karya dari seorang anak raja untuk mengupas tuntas dan menjadi pedoman hidup kita semua menuju kepada kedamaian abadi di dunia ini.

Manusia itu semua sama yakni abadi, rasanya sebentar senang, sebentar susah, sebentar senang, sebentar susah, demikian seterusnya. Bila kebenaran itu dimengerti, keluarlah orang dari penderitaan neraka iri-sombong, sesal-khawatir yang menyebabkan prihatin, celaka, dan masuklah ia dalam surga tenteram dan tabah yang menyebabkan orang bersuka-cita, bahagia.

Setelah bersuka-cita dan bahagia, maka dapatlah orang menyadari dirinya sendiri sewaktu timbul keinginan apa-apa. Setiap keinginan itu pasti mengandung rasa takut kalau-kalau tidak tercapai. Keinginan inilah yang segera diyakinkannya:  “Keinginan itu jika tercapai tidak menimbulkan bahagia, melainkan senang sebentar yang kemudian akan susah lagi. Dan bila tidak tercapai pun tidak menyebabkan celaka, hanyalah susah sebentar yang kemudian akan senang lagi.” Maka ia bisa menantangnya:  “Silakan keinginan, berusahalah mati-matian mencari senang-senang abadi, dan berdayalah mati-matian menolak susah abadi, pastilah tidak berhasil. Kamu (keinginan) tidak mengkhawatirkan lagi”.

Bila orang dapat meyakinkan keinginannya sendiri demikian, lenyaplah rasa prihatin. Berbareng lenyapnya prihatin, tumbuhlah si pengawas keinginannya sendiri yang mengerti keinginannya sendiri.

Mari kita simak penjelasan lengkap sebuah Ilmu yang sangat besar manfaatnya untuk mencapai KEBAHAGIAAN :

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia (1)

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia (2)

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia (3)

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia (4)

Semoga Allah memberikan kebahagiaan kepada kita semua.

 

 

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *