Mari Bergaul Dengan Para Wali Allah Terdahulu Secara Langsung

Share posting

Inilah wirid pembuka hijab agar kita berjumpa dengan para Wali Allah, dan menerima pelajaran dari mereka secara langsung

Artikel Eksklusif

Oleh : H Derajat


Ilustrasi-d.pinterest.com

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

Wirid zikir ini diijazahkan oleh Abah Umar (Habib Umar) langsung dari Wali Allah yang datang dari Baghdad. Beliau mengijazahkan secara umum kepada murid-muridnya agar bisa langsung bertemu dan bergaul dengan para Wali Allah tanpa perlu memandang perbedaan zaman.

Menurut Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, para wali Allah tetap hidup di alam kuburnya (barzakh) seperti kehidupan mereka di dunia.

Para wali yang ahli tahajjud tetap tahajjud di alam kuburnya. Yang ahli tadarus Qur’an tetap tadarus Qur’an. Yang ahli silaturahim tetap silaturahim. Dan seterusnya. Hal ini sebagai kenikmatan yg mereka alami di alam kubur.

Jika ada para peziarah berdiri mengucapkan salam dan doa-doa, maka si wali yang diziarahi juga ikut berdiri, menjawab salam dan mengamini doa-doanya.

Jika para peziarah membaca Yasin, tahlil, dsb, maka si wali juga ikut membacanya. Jika para peziarah tawassul, maka beliau ikut mendo’akan.

Di antara wali ada yang ahli darok (menolong), sering keluar dari kuburnya ke alam dunia ini untuk menolong para pecintanya.

Seorang sufi yang mengalami pengalaman spiritual tidak bisa didasarkan kepada argumentasi ilmiah. Karena pengalaman spiritual merupakan kejadian yang diluar nalar manusia. Ayat al-Qur’an banyak menyebutkan cerita-cerita yang di luar nalar manusia. Sebut saja pasukan nabi Sulaiman yang memindahkan istana, lahirnya onta dari batu dan lain sebagainya. Jika kejadian yang di luar nalar manusia tersebut disandarkan ke para Nabi maka disebut Mu’jizat.

Dinamakan Mu’jizat karena bersifat melemahkan musuh yang dihadapi oleh pada Nabi. Sedangkan jika kejadian di luar nalar manusia tersebut disandarkan kepada wali maka disebut Karamah. Dinamakan demikian karena arti karamah adalah kemuliaan yang telah Allah berikan kepada kekasihnya.

Tinjauan ilmu pengetahuan, pengalaman spiritual dapat dipelajari melalui ilmu neurosains. Neurosains (atau neurobiologi) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari otak dan sistem saraf di dalamnya yang mengatur cara dan wilayah kerja sel-sel saraf yang dinamakan neuron dalam hubungannya dengan seluruh tubuh manusia dan keadaan mental. Namun pengalaman spiritual tersebut tidak serta merta bisa diilmiahkan. Karena jika pengalaman spiritual diilmiahkan maka kesan sufistiknya akan hilang.

Banyak cerita tentang pengalaman spiritual Abah Umar dan murid-muridnya. Salah satu ceritanya adalah cerita dari Kyai Nahrowi Tinumpuk yang mendapatkan cerita dari Kyai Kholil Mire yang ditulis oleh Ustadz Muhyiddin Jepara tentang saat datangnya perintah wirid:

يَاهَادِي، يَاعَلِيْم، يَاخَبِيْر، يَامُبِيْن، يَاوَلِيّ، يَاحَمِيْد، يَاقَوِيـْم، يَاحَفِيْظ

“Yaa Haadii, Yaa ‘Aliim, Yaa Khabiir, Yaa Mubiin, Yaa Waliyy, Yaa Hamiid, Yaa Qawiim, Yaa Hafiidz”

Suatu ketika pada hari Ahad Kyai Kholil sowan Syaikhunal Mukarram Abah Umar ke Panguragan. Setelah selesai shalat Asar para sahabat beliau beramah-tamah. Pada saat ramah-tamah sedang berlangsung semua orang tiba-tiba mencium semerbak bau harum yang belum pernah ada sebelumnya.

Setelah itu Abah Umar hadir di tengah-tengah para sahabat yang ramai membicarakan tentang bau harum tersebut. Beliau berkata:  “Kang Kholil lan kabeh bae, nembe mawon wonten tamu saking Baghdad maringi penggawean.” (Kang Kholil dan yang lain, baru saja ada tamu dari Baghdad member pekerjaan). Semua sahabat terdiam lalu Abah Umar meneruskan: “Kepripun sih pada mendel mawon?” (Bagaimana ko’ pada diam saja). Kyai Kholil hanya mengangguk-anggukkan kepala. Sedangkan sahabat yang lain hanya berbisik-bisik. Malam harinya malam Senin Abah Umar mulang wirid:  “Yaa Haadii, Yaa ‘Aliim, Yaa Khabiir, Yaa Mubiin, Yaa Waliyy, Yaa Hamiid, Yaa Qawiim, Yaa Hafiidz”.

Wirid tersebut dilestarikan di dalam Kitab Nadzhaman Tawassul Pasulukan Loka Gandasasmita, Garut. Silahkan baca pada link berikut: Nadzhaman Tawassul.

Nadzhaman Tawassul; Pancaran Nur Muhammad yang Tak Pernah Pupus

Wallahu A’lam

Semoga bermanfaat…

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *